Akhir-akhir ini saya merasa sedih bercampur kesal dengan apa yang ada di beranda facebook saya. Penyebabnya adalah semakin berhamburnya berita-berita hoax dan postingan yang mengemis like dan ‘aamiin’. Setelah saya browsing di google, ternyata fenomena pengemis like ini sudah dari dulu mulai berkembang, saya-nya saja yang baru peka akhir-akhir ini 😀
Tentu kalian juga sering melihat sampah -saya sebut sampah karena memang memiliki manfaat yang kurang bagi viewers- yang saya maksud di atas di beranda facebook atau media sosial lain. Biasanya postingan sampah tersebut terdiri atas foto yang menyedihkan lalu kemudian ditambah sedikit bumbu-bumbu kata yang membuat orang menjadi tersentuh, dan ditutup dengan kata-kata “Beri like jika … dan tuliskan aamiin jika …”. Setelah saya analisis, ternyata postingan sampah ini serupa dengan fenomena sms beberapa hari sebelum UN. “Sebarkan ke-10 orang, jika tidak kalian tidak akan lulus UN”. Namun, dengan sedikit modifikasi agar memberikan keuntungan bagi si pemilik akun.
Apakah ada keuntungan bagi si pemilik akun?
Iya, menurut beberapa tanggapan teman-teman blogger, cara yang dilakukan oleh si pemilik akun merupakan salah satu strategi marketing -lebih tepatnya strategi marketing sampah-. Cara kerjanya adalah dengan semakin banyaknya jumlah like atau komentar yang ada di postingan sampah mereka, maka akan memberikan kemungkinan beberapa pengiklan untuk tertarik memasang iklan pada akun tersebut, jadi ujung-ujungnya dapat duit. Selain itu, jika tipe akun tersebut adalah fanspage, kemungkinan besar fanspage tersebut akan dijual setelah memiliki banyak like atau pengikut. Beberapa teman saya di dunia maya memiliki pengalaman menyukai suatu fanspage yang mengaku sebagai artis, setelah beberapa minggu, tiba-tiba fanspage yang disukai telah berubah menjadi fanspage produk minuman. Luar biasa?
Sebentar, sebenarnya saya tidak terlalu mempermasalahkan akun sampah tersebut. Meskipun dapat menjadi masalah besar ketika memajang foto orang sembarang atau membawa-bawa isu agama. Tapi, lupakan itu sementara, yang lebih menjadi masalah bagi saya adalah kok ada saja orang-orang yang terbuai dengan kata-kata si pemilik akun sampah lalu memberikan like dan yang lebih parah lagi menuliskan kata ‘aamiin’ pada komentar. Dengan memberikan like atau komentar aamiin, sebenarnya apa yang diharapkan orang-orang tersebut? Ketika ada kata ‘Tuliskan aamiin jika kalian sayang dengan ibu kalian’, apakah artinya hanya dengan menuliskan kata aamiin maka ibu kalian akan bahagia? Atau ketika ada kata ‘Tuliskan aamiin jika ingin masuk surga’, apakah ada disebutkan dalam agama apapun cara untuk masuk surga adalah menuliskan kata aamiin di kolom komentar facebook? Tuhan maka mendengar kan? Iya, memang Tuhan maha mendengar, tapi apakah pantas kalian berdoa melalui facebook? Silakan renungkan masing-masing 😀
Fenomena Pengemis Like
Oh iya, kalau misalkan saya membuat postingan facebook seperti di bawah ini, kira-kira berapa banyak like dan komentar yang saya dapatkan ya?
Lihatlah teman-teman, foto di atas anggap saja saya dapatkan dari NASA. Saat ini sedang ada meteor yang menuju Bumi. Beri like untuk membelokkan arah meteor tersebut, beri komentar ‘aamiin’ untuk menghancurkan meteor tersebut menjadi berkeping-keping, dan abaikan jika kalian ingin meteor tersebut menghancurkan Bumi kita tercinta. Ayo cepat, masa depan Bumi ada di tangan dan jaringan internet kalian.
Saya juga nggak pernah ngelike yg begituan
Syukurlah Mas, setidaknya saya punya orang yang sepemikiran, hehe
Aamiin 😀
Terima kasih telah berpartisipasi mas Wahyu 😀
Emang tai yang ngemis like
Udah bawa2 agama caper lagi