Tulisan ini hanya sekadar berbagi uneg-uneg tentang ibu kos dan tentunya sedikit pesan kepada Anda di akhir artikel. Semoga artikel ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa baru yang sedang mencari kos 😀
Seperti yang saya sebutkan di atas, saya akan berbagi uneg-uneg saya kepada ibu kos. Jujur saja, sebenarnya saya sudah menahan kekesalan ini selama hampir 6 bulan. Hingga akhirnya harus saya ungkapkan di blog ini karena sudah tidak kuat menahannya.
Kekesalan saya yang pertama adalah ketika ibu kos secara sepihak memperbaharui kontrak yang telah disepakati di awal musim awal kontrak. Perjanjian awal ketika awal kontrak menyebutkan bahwa air ledeng dan listrik kos di tanggung oleh ibu kos. Lalu, setelah beberapa bulan, tiba-tiba ibu kos datang dan berkata “Mulai saat ini, detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, bulan ini, tahun ini juga, biaya air ledeng dan listrik ibu limpahkan ke kalian semua”. Tentunya, penghuni kos mana yang tidak kesal jika pemilik kos-nya mengatakan sesuatu yang menyalahi kesepakatan kontrak awal?
Salahnya kami saat itu adalah kami hanya bisa mengiyakan dan pasrah. Tanpa ada perlawanan sedikitpun. Kenapa? Karena kami lemah, haha.
Itu yang pertama, kekesalan yang kedua adalah sifat ibu kos yang acuh tak acuh pada laporan kami. Beberapa bulan setelah kejadian yang pertama, gagang pintu kos saya entah kenapa rusak. Otomatis saya segera menghubungi ibu kos untuk diperbaiki secepatnya karena beberapa hari lagi saya ada rencana ingin pulang kampung. Ibu kos hanya bilang “Iya, nanti diperbaiki”. Tapi nyatanya, 3 kali puasa, 3 kali lebaran, ibu kos juga tidak ada menampakkan batang hidungnya di kos untuk memperbaiki gagang pintu yang rusak. Oleh karena masalah ini tidak ada penyelesaiannya dari ibu kos, mau-tidak-mau saya (dibantu teman kos yang lain) yang memperbaikinya sendiri dan tentu dengan modal sendiri.
Selanjutnya kekesalan yang ketiga. Kejadiannya terjadi ketika saya baru pulang kampung bersama si Pipau (Update: bekas pacar saya). Karena kami sampai di kos ketika magrib, jadi rencananya saya dan Pipau istirahat terlebih dulu di kos untuk shalat magrib. Setibanya kami di kos, beberapa saat kemudian tiba-tiba ada ibu kos yang marah-marah tidak jelas karena saya membawa perempuan ke kos pada malam hari. Saya coba memberi penjelasan dan beliau tidak terima, lalu membuat aturan baru di kos kalau tidak boleh ada tamu perempuan di kos sehabis magrib. Oalaah, kos-kosan cewe saja setahu saya ditutupnya jam 10 malam. Lah ini, kami yang kos-kosan cowo malah ditutup jam 7 malam? Bagaimana tidak kesal? Bukan apa-apa sebenarnya, yang paling tidak bisa diterima adalah ibu kos membuat peraturan secara sepihak lagi.
Yang terakhir, ketika saya dan Pipau mengerjakan laporan bersama di kos pada siang hari. Kebetulan ibu kos datang ke kos dan memarah-marahi kami lagi. Ada apa lagi ini? Apa yang salah? Padahal, pintu kos dibuka. Lalu, apa lagi yang dilakukan ibu kos? Saya rasa kalian sudah bisa menebaknya. Ibu kos membuat aturan baru lagi kalau tidak boleh ada perempuan masuk ke dalam kos. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah jika ibu kos menyediakan gazebo di depan kos. Sedangkan kondisi saat ini kan tidak ada gazebo? Mau belajar bersama dimana kami bu? Gelar lapak di halaman? Luar biasa, kami sebagai anak kos merasa seperti anak pesantren. Maaf ya bu, kami ini mahasiswa, kadang ada tugas kelompok bahkan ada yang harus dikerjakan sampai malam hari. Hufh, semenjak itu saya bertanya-tanya, apakah ibu kos ini pernah kuliah?
Saya tidak mengerti bagaimana pola pikir beliau. Jika ibu kos ini merasa kos-kosan adalah miliknya. Maka iya, Anda benar, tapi ingat kami di sini bayar. Bukan sekadar menumpang gratis, mana hak kami sebagai anak kos? Anda kemanakan saja bayaran kos kami yang sebenarnya bisa disebut di atas rata-rata biaya kos daerah sini?
Hingga akhirnya, semua penghuni kos keluar dari kos-kosan beliau dengan serentak. Semoga beliau tersadar.
Pelajaran untuk sobat MUHRID
Dari cerita di atas, saya memberikan wejangan kepada sobat semua, terutama untuk mahasiswa baru agar lebih teliti dan berhati-hati dalam memilih kos. Pilihlah kos yang sudah memiliki aturan tertulis terkait tata tertib di kos. Jangan sampai Anda mendapatkan ibu kos yang sekehendak hati membuat peraturan baru dan menaikkan harga kos saat kontrak terdahulu masih berjalan.